salah satu masa aksi ditangkap Polisi dan Intel di
Manokwari
(Foto: tabloid jubi) |
(Suara Kriting),-- Sebagaimana yang diberitakan
sebelumnya, untuk aksi serentak (Aksi Nasional). oleh Komite Nasional Papua
Barat (KNPB), dukungan
terhadap pertemuan International Parlement of West
Papua (IPWP) di London.
Sebanyak 11 orang ditangkap pihak
Kepolisian di Manokwari dalam unjuk rasa yang digelar massa di Jalan
Gunung Salju Amban, depan Kampus Universitas Papua (Unipa) Manokwari, dan
warga Papua yang ada di Sulawesi Utara khususnya di
Kota Manado menggelar aksi unjuk rasa menuntut :"Referendum" Selasa (23/10).
Kemudian di Jayapura di kutip bintangpapua.com, Taman Imbi hari ini ternyata tidak mendapatkan restu dari pihak kepolisian. Pasalnya, polisi dalam hal ini Polda Papua tak menerbitkan Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP).
Namun demikian untuk mengantisipasi
kelompok yang tetap memaksakan demo, pihak polda sudah siap
mengantisipasinya. “Tapi kami tetap melakukan
pengawasan agar aksi unjuk rasa tersebut tidak melanggar
hukum dan mengganggu ketertiban umum,” tegas Pjs. Kabid Humas Polda
Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, SIK ketika dikonfirmasi,
bintangpapua.com.
Dia mengatakan, pihaknya akan melakukan pembubaran
paksa sekaligus menindak-tegas sesuai hukum yang berlaku,
bila para pendemo ternyata bertindak
anarkis atau menyampaikan hal-hal
yang bertentangan dengan UU serta menyebar
provokasi seperti minta referendum atau
membentuk negara Papua Barat, membawa sajam, mabuk miras,
membawa lambang-lambang seperti bendera Bintang Kejora
yang dilarang, membuat kemacetan lalu lintas serta mengganggu
ketertiban umum.
kemudian Dari data yang diperoleh tabloidjubi.com menyebutkan, selain 11 orang
ditangkap dalam aksi demo itu, juga delapan orang dikabarkan terluka, empat
diantaranya karena luka tembak dan dua polisi terkena lemparan batu. Wartawan
pun dilarang meliput aksi demo tersebut.
Polisi dengan cara
menembakan peluru ke arah demonstran. Saat ini para korban dilarikan ke
rumah sakit terdekat di kota Manokwari. Dari rekaman video yang beredar di
media, terlihat Polisi mengejar, memukul dan mengarahkan senjata api langsung
ke arah demonstran. Sejumlah aktivis yang berusaha lari juga dikejar
Polisi dan mendapat pukulan petugas.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, AKBP I
Gede Sumerta Jaya saat dikonfirmasi membenarkan adanya penangkapan
tersebut. Tapi mengaku tak ada orang yang terkena tembak. Massa aksi hanya
berorasi di depan Kampus Unipa. Tapi situasi memanas dan polisi Melempari masa
aksi dengan batu, sehingga dua polisi terkena lemparan batu yakni Briptu MGE
dan Brigpol RY. Polisi lalu membubarkan massa dan menangkap 11 orang, tapi kami
tak mendapat informasi kalau ada massa terkena tembakan,” katanya, Selasa
(23/10).
Menurut Gede, 11 orang yang diamankan,
yakni FM, Aw,OA, DA, DM, ET, PP, OM, YD, KJ dan AM. Polisi juga mengamankan
barang bukti empat bendera KNPB dan dua bendera PBB. Tapi tak ada pengibaran
Bendera Bintang Kejora.
Untuk menindak lanjuti informasi yang
menyebutka empat orang terkena tembakan, lanjut dia, Polda Papua akan
menurunkan tim Propam Polda Papua berjumlah tiga orang yang dipimpin seorang
berpangkat AKBP. “Besok kami akan turunkan tim dari Propam ke Manokwari untuk
menindak lanjuti informasi yang katakan ada yang terluka karena tembak. Kita
juga akan konfirmasi di lapang apakah ada anggota yang bertugas di lapangan
bersenjata,” jelasnya.
Selanjutnya di Fak-fak tadi Pagi
persiapan untuk panggung Orasi KNBP di bongkar Aparat kepolisian Polres
Fak-fak.
KNPB Timika mengadakan Ibadah Syukuran
Yang berlangsung Pada Jam 9:00 wpb bertempat
di Sebuah Gereja Kemah Injili
berlangsung dengan aman dan tertib hingga selesai.
Terima kasih buat kehadiran Bapa, Mama,
Ade2 dan semua yang telah bersama-sama mengambil bagian dalam acara dihari ini.
Doa Kami Tuhan akan menyertai dan menjagamu dalam tugas dan kerja
masing-masing. begitu disampaikan oleh pembawa acara ibadah syukuran
melalui facebook.com.
Menado, di kutip kompas.com Para pendemo
memulai aksinya dari halaman Kantor Rektorat Universitas Sam Ratulangi (Unsrat),
lalu melakukan long march menuju Gedung DPRD Sulut. Sepanjang
jalan yang dilewati, para pendemo meneriakkan tuntutan mereka. "Kami
menuntut keadilan atas tanah Papua. Kami ingin merdeka," teriak para
pendemo diikuti dengan nyanyian khas mereka.
Selain tuntutan kemerdekaan atas tanah
Papua, para pendemo yang tergabung dalam Solidaritas Pelajar, Mahasiswa, Pemuda
dan Masyarakat (SPMPMP) Sulawesi Utara juga menyatakan dukungannya terhadap
pelaksanaan International Parlementariant for Wets Papua (IPWP).
"IPWP yang sedang berlangsung di
London, Inggris saat ini dan diikuti petinggi-petinggi West Papua, sedang
mengupayakan desakan terhadap PBB untuk mengakui perjuangan bangsa Papua,"
jelas Koordinator Lapangan, Nenaluck.
Para pendemo juga menyampaikan bahwa
Papua memmbutuhkan referendum agar masyarakat Papua dapat menentukan sendiri
nasib bangsanya. "Bangsa dan tanah air Papua telah menjadi tumbal
kepentingan ekonomi, politik dan kekuasaan oleh Belanda, Amerika dan
Indonesia," teriak salah satu pendemo yang berorasi di depan Kantor DPRD
Sulut.
Di halaman kantor DPRD Sulut, para
pendemo menyampaikan aspirasi mereka. "Kami berharap DPRD Sulut dapat
mengakomidir aspirasi kami ini. Telah lama kami mengalami ketidakadilan.
Otonomi daerah tidak memberikan jawaban. Kami ingin merdeka," ujar
Nenaluck lagi.
Pernyataan sikap dan isi tuntutan yang
ditandatangani oleh berbagai elemen mahasiswa pendemo, diserahkan kepada
anggota DPRD Sulut. Wakil Ketua DPRD Sulut Arthur Kotambunan yang menyempatkan
diri untuk menerima pendemo menegaskan, pihaknya menerima aspirasi pendemo.
"Kami menerima aspirasi
saudara-saudara dari Papua, dan berupaya untuk menyampaikan aspirasi tersebut
kepada DPR RI," ujar Kotambunan di hadapan para pendemo. Demo yang
mendapat pengawalan cukup ketat dari aparat kepolisian tersebut berjalan tertib
dan damai (Un/Ag)
Sumber:
http://www.umaginews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar